Rindu akan masa lampau yang jauh dari teknologi
1.Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a) Kehidupan Sosial
1. Pada masyarakat food gathering,
mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka
tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan
hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
2. Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai
3. Mencari makanan berupa binatang buruan
dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari
kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok
kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan atau
mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut
terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan
perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti
buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan
yang akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat erat,
mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan
kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat
kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat
primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b) Kehidupan Budaya
1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.
2. Mereka belum mampu membuat gerabah,
oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah
satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih untuk
tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa
alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
– Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak
a) Kehidupan Sosial
1. Kehidupan bercocok tanamnya dikenal
dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan
hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan
berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama
seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada
perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada
tanah-tanah persawahan
2. Telah tinggal menetap di suatu
tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok
tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia
telah dapat menguasai alam lingkungan.
3. Dengan hidup menetap, merupakan titik
awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan
hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan
perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4. Jumlah anggota kelompoknya semakin
besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka
masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5. Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6. Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
7. Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
8. Mereka hidup bergotong royong,
sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling
berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Budaya
1. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
2. Peninggalan kebudayaan manusia pada
masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang
3. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata
panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen,
sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan
orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini
terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari
kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
3. MASA PERTANIAN
Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem
pertanian menjadi semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem
persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
a) Kehidupan Sosial
1. Bertani adalah mata pencahariannya.
Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu seperti
membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak;
2. Mereka sudah berladang/ bersawah,
dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong
royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai
pacul;
3. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan;
4. Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas;
5. Mulai mendirikan rumah sebagai tempat
berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara
tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah
mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang
berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut
digunakan untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula;
6. Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga;
7. Muncul struktur kepemimpinan di kampung;
8. Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi;
9. Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja;
10. Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Budaya dan Teknologi
1. Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani;
2. Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak);
3. Mereka telah menggunakan alat-alat
kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong, selain
itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda
megalitik;
4. Alat-alat yang dibuat dari batu,
seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran
kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat
upacara;
5. Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll;
6. Alat-alat yang dibuat dari tanah liat
sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses
pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya.
Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka
ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek
moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
1. Jumlah penduduk semakin bertambah.
Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju,
mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal
cara bercocok tanam yang sederhana;
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang
gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam
dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4. Dalam masyarakat muncul golongan
undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan
perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam.
Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat
zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik
berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan
tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan
upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian
yang tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya
kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka
menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin
banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat
memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu
merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi.
Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah
menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada
titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah
lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh
lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi
peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan,
pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan
gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini
menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat
digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1. Teknologi dapat dilihat dari
pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut
terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan
karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut
diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;
2. Logam digunakan sebab penggunaan alat
bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai
artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
3. Zaman logam disebut juga zaman
perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan
teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4. Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
1. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
2. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
3. Dengan cara dipanaskan maka tanah
tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir
keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.
Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia
Berbicara perkara
kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah, tentu tidak akan
terlepas dari perkara yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek
lingkungan ini merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya
masyarakat. Manusia masa prasejarah masih sangat menggantungkan
hidupnya pada alarn, oleh karena itu hubungan yang begitu dekat antara
manusia dengan lingkungan membawa konsekuensi bahwa manusia hams
senantiasa beradaptasi dengan lingkungan yang ditempati, salah satunya
tercermin dari hasil budaya. Untuk mendapatkan penjelasan tentang
kehidupan manusia masa prasejarah maka perlu mengintegrasikan antara
tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan alamnya. Dengan
demikian studi tentang hubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan
alam masa prasejarah merupakan topik yang tetap aktual menarik, dan
perlu dikembangkan dalam disiplin ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya
masa prasejarah artinya, konsep-konsep umum tentang masalah-masalah
dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat
prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga kini
masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya
masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk
kegiatan-kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat
penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat berlayar waktu malam
hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk
keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang
sudah menetap diperlukan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada
masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan
kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah
dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu
diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar
maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang
pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu
butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia
menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu
tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak
di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan
terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat
bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar,
penjara. Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada
pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah
wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam
pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan
setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan
Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk
menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan
gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat
tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdue
adalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu
membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang
dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang
dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu,
tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang
sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga
terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan
sebagian besar terbuat dari perunggu.
Peninggalan masa prasejarah
Peninggalan masa prasejarah Nusantara
diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di
dinding gua
atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada
situs-situs purbakala.
Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:
- Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan;
- Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran;
- Situs Purbakala Wajak, Tulungagung;
- Liang Bua, Pulau Flores;
- Gua Leang-leang, Sulawesi;
- Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur;
- Situs Pasemah di Lampung;
- Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat;
- Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat;
- Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat;
- Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali;
- Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM);
- Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat;
- Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum);
- Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalon.
Disusun oleh:
Nana Cholisna, Omet Rasyidi M., Sigit Purnomo P.
Sumber:
Poesponegoro, Marwati Djoeneddan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia I (edisi ke-4). Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Write komentar